Tuesday, February 13, 2018

Enterprise Value (SSIA) - Joeliardi Sunendar

Untuk soal $SSIA ini, untuk lebih menempatkan pembahasan pada tempatnya, saya kira perlu ditambahkan catatan berikut ini :

1. Hal ini bermula dari pertanyaan yang diajukan @Riken yang menanyakan, saya kutip, "Apakah benar EV dari $SSIA adalah minus (di bawah nol)?."


2. Tanpa perlu melihat data apapun, saya akan bisa langsung menjawab pertanyaan seperti itu. Jawabannya : Tidak Benar. Tanpa melihat data apapun, peristiwa bahwa ada perusahaan yang memiliki EV minus atau bahkan nol merupakan peristiwa yang hampir mustahil terjadi dalam kondisi BEI sekarang ini. Oleh karenanya, apabila Anda menemukan kondisi seperti itu, manfaatkanlah peluang itu sebaik-baiknya, karena Anda bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih dari memuaskan. 


Dalam 3 tahun terakhir, ketika saya mulai memberikan perhatian lebih besar ke BEI, hanya pernah satu kali saya menemukan situasi dimana EV sebuah perusahaan nilainya 0. Kondisi yang sangat jarang terjadi ini, sudah saya tuliskan di Stockbit juga di bulan September 2015 https://stockbit.com/post/447073 saat dana kas yang dimiliki oleh $HRUM sama dengan Market Cap-nya (ketika sahamnya diperdagangkan di harga Rp 900). Bahkan saat $INDY harganya Rp 120 di saat yang sama ketika itu, EV $INDY masih lebih besar dari Market Cap-nya.

3. Kembali ke $SSIA, maka jawaban yang saya berikan pada @Riken adalah TIDAK BENAR bahwa EV $SSIA ini negatif. Saya menduga yang dia maksud adalah EV-nya LEBIH KECIL dari Market Cap-nya. Apabila itu yang dimaksudnya, karena $SSIA akan memperoleh tambahan kas dari hasil penjualan toll-nya, maka BENAR bahwa EV-nya $SSIA ini lebih kecil dari Market Cap-nya. Sebetulnya untuk mereka yang dengan baik membaca laporan keuangan $SSIA di Kwartal III/2017, sudah bisa menyimpulkan hal itu.


4. Untuk membantu memperjelas hal ini, kita dapat memakai sejumlah angka yang tersedia. Dengan harga saat ini, maka Market Cap $SSIA tercatat sebesar Rp 2.6 Trilyun. Sementara kita masih harus menunggu angka final akhir tahun 2017, kita mengetahui bahwa dana tunai yang dimiliki perusahaan ini tercatat sebesar Rp 1.4 Trilyun. 


Pada sisi lain, perusahaan juga masih memiliki hutang (jangka pendek dan jangka panjang, baik dalam bentuk pinjaman bank maupun obligasi) sebesar Rp 2.3 Trilun. Apabila kita hanya melihat kondisi ini, dimana jumlah hutang lebih besar dibandingkan dengan dana tunai yang dimiliki perusahaan, kita bisa berkesimpulan bahwa EV perusahaan lebih tinggi dari Market Cap-nya (EV = Market Cap ditambah Hutang dikurangi Kas, maka EV = Rp 2.6 Trilyun + Rp 2.3 Trilyun - Rp 1.4 Trilyun, yaitu 3.5 Trilyun. EV (Rp 3.5 Trilyun) masih lebih besar dari Market Cap (Rp 2.6 Trilyun).

5. Namun apabila kita memasukan uang tunai yang akan SSIA terima dari hasil penjualan toll-nya, yaitu Rp 2.2 Trilyun, maka kita tahu bahwa apabila uang tunai itu diterima, maka EV-nya $SSIA ini akan menjadi Rp 1.3 Trilyun (Rp 3.5 Trilyun dikurangi Rp 2.2 Trilyun), sehingga menjadi lebih kecil dari Market Cap-nya (Rp 2.6 Trilyun). Sebetulnya transaksi penjualan ini sudah di-recognize oleh perusahaan (lihat Note 7 dari Neraca dan Note 46 dari Laporan Rugi Laba, adanya pendapatan lain-lain).


6. Karena saya tidak mengikuti perusahaan ini, makanya saya sudah mengatakan kepada penanya, bahwa saya tentu saja tidak bisa memberikan pendapat apa-apa tentang perusahaan ini. Saya hanya membicarakan pandangan secara umum dari sudut EV, yang saya anggap lebih mencerminkan pendekatan yang riil dalam dunia bisnis, dibandingkan angka Market Cap. 


Namun, bahkan dengan menggunakan angka Market Cap saja kita bisa melihat, bahwa nilai Modal perusahaan sebesar Rp 4 Trilyun, belum sepenuhnya dicerminkan di dalam Market Cap yang sebesar Rp 2.6 Trilyun itu.

Friday, February 9, 2018

Best Technical and Fundamental Analysis Artickel - Joeliardi Sunendar

Wow wow woww.. luar biasa sekali penjelasan pak Joe kali ini, best artickel about TA and FA dan dunia saham, mencerahkan sampe mata berbinar-binar, puas, legaa, super, amazing, kata katanya baik sekali, objektif dan mudah dipahami. Ayo pak, ditunggu seminar dan buku mahakarya nya, luv!

Selamat membaca :)



**********
Dari berbagai pertanyaan yang sering diajukan, masalah TA dan FA merupakan pertanyaan yang kerap ditanyakan kepada saya.

Untuk dapat memahami soal TA dan FA ini ada baiknya kita melupakan dulu metrik yang lain. Kita dekati permasalahan ini dengan hanya memakai metrik sederhana yang lazim dipakai, yaitu Price Earning Ratio atau PER. 

Tuesday, January 9, 2018

Asset Class, Dry-Powder - Joeliardi Sunendar

Secara Historis, pasar sudah sering mengajarkan bukan saja kita perlu memilih perusahaan yang baik, namun kita juga harus dalam kondisi siap dengan dry-powder apabila pasar menawarkan peluang yang baik. Pasar seringkali memberi kesempatan kepada kita untuk membeli perusahaan yang baik, dengan harga obral. Apabila kita tidak memiliki dry-powder (extra cash yang memang kita sisihkan), karena kita selalu fully invested setiap saat dalam stock, bagaimana mungkin kita bisa berpartisipasi jika pasar memberikan kita peluang yang baik itu?

Update Setelah Sekian Lama

Haaaiii... long time no see! *bersihin sarang laba-laba :D
Setelah melewati berbagai stage dalam kehidupan (hahaa) saya dipertemukan dengan yang namanya  pasar modal, menarik!

because we are making money, of course :))

Postingan ke depan saya akan share tentang tulisan-tulisan dari berbagai sumber yang saya anggap penting untuk dibaca kembali guna membantu proses saya belajar mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi :)


Berikut tulisan luar biasa Bapak Joeliardi Sunendar yang menginspirasi pemula seperti saya, sayang kalau tidak dishare :)

--------------

Tidak ada satupun orang yang namanya masuk dalam daftar orang kaya, yang bukan merupakan pemilik dari perusahaan. Dengan demikian, menjadi pemilik perusahaan menjadi pilihan logis bagi mereka yang ingin meningkatkan kekayaannya.

Pasar Modal memberikan kesempatan kepada Anda untuk bisa menjadi pemilik perusahaan-perusahaan yang baik. Dan berbagai studi dengan back-testing puluhan tahun, juga telah dengan jelas menunjukan bahwa equity investing, dan saham, merupakan investasi yang dalam jangka panjang memberikan imbal-hasil (return) tertinggi dibandingkan instrumen investasi yang lain.

Wednesday, June 1, 2011

Pidato BJ Habibie (Hari Pancasila)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mendapatkan kesempatan pertama untuk menyampaikan pidato kenegaraan dalam peringatan Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni 2011, Presiden RI ke Tiga, BJ Habibie tampil memukau. Ia membahas dan menganalisis penyebab nilai-nilai Pancasila sekarang ini seolah terabaikan dan hilang.

Pidato hampir setengah jam itu dibacakan dengan berapi-api dan ekspresif. Tak jarang, tepuk tangan hadirin menyertai Habibie berpidato. Salah satu, bahasan yang menarik yakni tentang pengalihan kekayaan alam Indonesia ke pihak asing di era globalisasi.

Diilustrasikannya, pengalihan kekayaan suatu negara ke negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi kemudian menjual produk-produk ke mancanegara, sedemikian rupa sehingga rakyat harus “membeli jam kerja” bangsa lain.

“Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism atau dalam pengertian sejarah kita suatu VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru,” katanya sambil diiringi riuhan tepuk tangan.

Lebih lengkapnya, berikut teks pidato yang disampaikan di Gedung MPR/DPR pada pagi ini:

Assalamu ‘alaikum wr wb, salam sejahtera untuk kita semua.


Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.