Pidato hampir setengah jam itu dibacakan dengan berapi-api dan ekspresif. Tak jarang, tepuk tangan hadirin menyertai Habibie berpidato. Salah satu, bahasan yang menarik yakni tentang pengalihan kekayaan alam Indonesia ke pihak asing di era globalisasi.
Diilustrasikannya, pengalihan kekayaan suatu negara ke negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi kemudian menjual produk-produk ke mancanegara, sedemikian rupa sehingga rakyat harus “membeli jam kerja” bangsa lain.
“Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism atau dalam pengertian sejarah kita suatu VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru,” katanya sambil diiringi riuhan tepuk tangan.
Lebih lengkapnya, berikut teks pidato yang disampaikan di Gedung MPR/DPR pada pagi ini:
Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.