Untuk soal $SSIA ini, untuk lebih menempatkan pembahasan pada tempatnya, saya kira perlu ditambahkan catatan berikut ini :
1. Hal ini bermula dari pertanyaan yang diajukan @Riken yang menanyakan, saya kutip, "Apakah benar EV dari $SSIA adalah minus (di bawah nol)?."
2. Tanpa perlu melihat data apapun, saya akan bisa langsung menjawab pertanyaan seperti itu. Jawabannya : Tidak Benar. Tanpa melihat data apapun, peristiwa bahwa ada perusahaan yang memiliki EV minus atau bahkan nol merupakan peristiwa yang hampir mustahil terjadi dalam kondisi BEI sekarang ini. Oleh karenanya, apabila Anda menemukan kondisi seperti itu, manfaatkanlah peluang itu sebaik-baiknya, karena Anda bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih dari memuaskan.
Dalam 3 tahun terakhir, ketika saya mulai memberikan perhatian lebih besar ke BEI, hanya pernah satu kali saya menemukan situasi dimana EV sebuah perusahaan nilainya 0. Kondisi yang sangat jarang terjadi ini, sudah saya tuliskan di Stockbit juga di bulan September 2015 https://stockbit.com/post/447073 saat dana kas yang dimiliki oleh $HRUM sama dengan Market Cap-nya (ketika sahamnya diperdagangkan di harga Rp 900). Bahkan saat $INDY harganya Rp 120 di saat yang sama ketika itu, EV $INDY masih lebih besar dari Market Cap-nya.
3. Kembali ke $SSIA, maka jawaban yang saya berikan pada @Riken adalah TIDAK BENAR bahwa EV $SSIA ini negatif. Saya menduga yang dia maksud adalah EV-nya LEBIH KECIL dari Market Cap-nya. Apabila itu yang dimaksudnya, karena $SSIA akan memperoleh tambahan kas dari hasil penjualan toll-nya, maka BENAR bahwa EV-nya $SSIA ini lebih kecil dari Market Cap-nya. Sebetulnya untuk mereka yang dengan baik membaca laporan keuangan $SSIA di Kwartal III/2017, sudah bisa menyimpulkan hal itu.
4. Untuk membantu memperjelas hal ini, kita dapat memakai sejumlah angka yang tersedia. Dengan harga saat ini, maka Market Cap $SSIA tercatat sebesar Rp 2.6 Trilyun. Sementara kita masih harus menunggu angka final akhir tahun 2017, kita mengetahui bahwa dana tunai yang dimiliki perusahaan ini tercatat sebesar Rp 1.4 Trilyun.
Pada sisi lain, perusahaan juga masih memiliki hutang (jangka pendek dan jangka panjang, baik dalam bentuk pinjaman bank maupun obligasi) sebesar Rp 2.3 Trilun. Apabila kita hanya melihat kondisi ini, dimana jumlah hutang lebih besar dibandingkan dengan dana tunai yang dimiliki perusahaan, kita bisa berkesimpulan bahwa EV perusahaan lebih tinggi dari Market Cap-nya (EV = Market Cap ditambah Hutang dikurangi Kas, maka EV = Rp 2.6 Trilyun + Rp 2.3 Trilyun - Rp 1.4 Trilyun, yaitu 3.5 Trilyun. EV (Rp 3.5 Trilyun) masih lebih besar dari Market Cap (Rp 2.6 Trilyun).
1. Hal ini bermula dari pertanyaan yang diajukan @Riken yang menanyakan, saya kutip, "Apakah benar EV dari $SSIA adalah minus (di bawah nol)?."
2. Tanpa perlu melihat data apapun, saya akan bisa langsung menjawab pertanyaan seperti itu. Jawabannya : Tidak Benar. Tanpa melihat data apapun, peristiwa bahwa ada perusahaan yang memiliki EV minus atau bahkan nol merupakan peristiwa yang hampir mustahil terjadi dalam kondisi BEI sekarang ini. Oleh karenanya, apabila Anda menemukan kondisi seperti itu, manfaatkanlah peluang itu sebaik-baiknya, karena Anda bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih dari memuaskan.
Dalam 3 tahun terakhir, ketika saya mulai memberikan perhatian lebih besar ke BEI, hanya pernah satu kali saya menemukan situasi dimana EV sebuah perusahaan nilainya 0. Kondisi yang sangat jarang terjadi ini, sudah saya tuliskan di Stockbit juga di bulan September 2015 https://stockbit.com/post/447073 saat dana kas yang dimiliki oleh $HRUM sama dengan Market Cap-nya (ketika sahamnya diperdagangkan di harga Rp 900). Bahkan saat $INDY harganya Rp 120 di saat yang sama ketika itu, EV $INDY masih lebih besar dari Market Cap-nya.
3. Kembali ke $SSIA, maka jawaban yang saya berikan pada @Riken adalah TIDAK BENAR bahwa EV $SSIA ini negatif. Saya menduga yang dia maksud adalah EV-nya LEBIH KECIL dari Market Cap-nya. Apabila itu yang dimaksudnya, karena $SSIA akan memperoleh tambahan kas dari hasil penjualan toll-nya, maka BENAR bahwa EV-nya $SSIA ini lebih kecil dari Market Cap-nya. Sebetulnya untuk mereka yang dengan baik membaca laporan keuangan $SSIA di Kwartal III/2017, sudah bisa menyimpulkan hal itu.
4. Untuk membantu memperjelas hal ini, kita dapat memakai sejumlah angka yang tersedia. Dengan harga saat ini, maka Market Cap $SSIA tercatat sebesar Rp 2.6 Trilyun. Sementara kita masih harus menunggu angka final akhir tahun 2017, kita mengetahui bahwa dana tunai yang dimiliki perusahaan ini tercatat sebesar Rp 1.4 Trilyun.
Pada sisi lain, perusahaan juga masih memiliki hutang (jangka pendek dan jangka panjang, baik dalam bentuk pinjaman bank maupun obligasi) sebesar Rp 2.3 Trilun. Apabila kita hanya melihat kondisi ini, dimana jumlah hutang lebih besar dibandingkan dengan dana tunai yang dimiliki perusahaan, kita bisa berkesimpulan bahwa EV perusahaan lebih tinggi dari Market Cap-nya (EV = Market Cap ditambah Hutang dikurangi Kas, maka EV = Rp 2.6 Trilyun + Rp 2.3 Trilyun - Rp 1.4 Trilyun, yaitu 3.5 Trilyun. EV (Rp 3.5 Trilyun) masih lebih besar dari Market Cap (Rp 2.6 Trilyun).
5. Namun apabila kita memasukan uang tunai yang akan SSIA terima dari hasil penjualan toll-nya, yaitu Rp 2.2 Trilyun, maka kita tahu bahwa apabila uang tunai itu diterima, maka EV-nya $SSIA ini akan menjadi Rp 1.3 Trilyun (Rp 3.5 Trilyun dikurangi Rp 2.2 Trilyun), sehingga menjadi lebih kecil dari Market Cap-nya (Rp 2.6 Trilyun). Sebetulnya transaksi penjualan ini sudah di-recognize oleh perusahaan (lihat Note 7 dari Neraca dan Note 46 dari Laporan Rugi Laba, adanya pendapatan lain-lain).
6. Karena saya tidak mengikuti perusahaan ini, makanya saya sudah mengatakan kepada penanya, bahwa saya tentu saja tidak bisa memberikan pendapat apa-apa tentang perusahaan ini. Saya hanya membicarakan pandangan secara umum dari sudut EV, yang saya anggap lebih mencerminkan pendekatan yang riil dalam dunia bisnis, dibandingkan angka Market Cap.
Namun, bahkan dengan menggunakan angka Market Cap saja kita bisa melihat, bahwa nilai Modal perusahaan sebesar Rp 4 Trilyun, belum sepenuhnya dicerminkan di dalam Market Cap yang sebesar Rp 2.6 Trilyun itu.